Makalah
|
Taksonomi Tujuan Pendidikan &
Evaluasi Hasil Belajar
|
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala
puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb semesta alam
yang telah menghendaki terselesaikannya tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat
berbingkai salam tak lupa juga penulis hanturkan kepada junjungan Nabi umat
islam Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Islam Rahmatan Lil
‘alamin.
Makalah dengan
topik pembahasan “Taksonomi Tujuan Pendidikan & Evaluasi Hasil Belajar
” ini
disusun dengan ringkas, dengan harapan agar pembaca dapat memahami dan
mengambil manfaat dari makalah ini. Terselesaikannya pembuatan makalah ini,
tidak terlepas dari bantuan pihak lain.
Oleh karena
itu tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis
menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,
penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan
isi dari pembahasan topik ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua.
20 Oktoer 2016
Penulis,
M Arifin
Daftar Isi
Cover
…………………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar
…………………………………………………………………………………
Daftar Isi
………………………………………………………………….............................
1.
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….…………….
1.1
Latar Belakang
……………………………………………………............................
1.2 Rumusan
Masalah
.............................................................................................
1.3
Tujuan.................................................................................................................
2.
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………..……...........
2.1. Taksonomi
Tujuan Pendidikan
2.2 Evaluasi
Hasil Belajar
2.3. Hubungan
Antara Taksonomi Tujuan Pendidikan Dan Evaluasi Hasil Belajar
3.
BAB III PENUTUP ………………………………….………………………………...
3.1
Kesimpulan …………………………………………….………………………………
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………..
Lampiran …………………………………………………………………………………….
|
1
2
3
4
5
5
6
8
12
14
15
16
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanyaan pokok sebelum penilaian
ialah apa yang harus dinilai itu. Terhadap pertanyaan ini kita kembali pada
unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar-mengajar. Ada empat unsur utama
proses belajar-mengajar yakni tujuan-bahan metode dan alat sertta penilaian.
Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya ada adalah
rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima
atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah
yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses
belajar-mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan
alat adalah cara atau teknik yang dugunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan
penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Proses adalah kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dalam tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah
kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud taksonomi tujuan pendidikan ?
2. Apa
yang dimaksud evaluasi hasil belajar ?
3. Apa
hubungan antara taksonomi tujuan pendidikan dan evaluasi hasil belajar ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa itu Taksonomi Tujuan Pendidikan
2. Untuk
mengetahui apa itu Evaluasi Hasil Belajar
3. Untuk
mengetahui Hubungan antara Taksonomi tujuan pendidikan dan Evaluasi Hasil
belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Taksonomi
Tujuan Pendidikan
a. Pengertian taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani “tassein” yang berarti
untuk mengklasifikasi, dan “nomos” yang berarti aturan. Suatu pengklasifikasian
atau pengelompokan yang disusun berdasarkan ciri-ciri tertentu. Klasifikasi
berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Klasifikasi
bidang ilmu, kaidah, dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.
b. Arti
dan letak taksonomi tujuan pendidikan
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran para guru bahwa tujuan pelajaran harus di rumuskan sebelum proses belajar-mengajar berlangsung. Jadi, tujuan pendidikan bukanlah sesuatu yang perlu di rahasiakan. [1]
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran para guru bahwa tujuan pelajaran harus di rumuskan sebelum proses belajar-mengajar berlangsung. Jadi, tujuan pendidikan bukanlah sesuatu yang perlu di rahasiakan. [1]
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan
pada tiga tingkatan yaitu:
1) Tujuan
umum pendidikan
2) Tujuan
yang didasarkan atas tingkah laku (taksonomi)
3) Tujuan
yang lebih jelas yang dapat dirumuskan secara operasional
c. Taksonomi
Bloom
Model taksonomi Bloom merupakan
salah satu pengembangan teori kognitif, yang biasa sering dikaitkan dengan
persoalan dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan masalah standar evaluasi
atau pengukuran hasil belajar sebagai pengembangan sebuah kurikulum. Taksonomi
Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap
domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hirarkinya. Adapun prinsip dasar taksonomi tujuan pendidikan
menurut Bloom dan krathwohl, yaitu[2] :
1) Prinsip
metodelogis
2) Prinsip
psikologis
3) Prinsip
logois
4) Prinsip
tujuan
Taksonomi tujuan pendidikan
merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai
dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi
tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan
belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran
dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan
sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke
dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1) Ranah
kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di
dalamnya mencakup:
a) pengetahuan
(knowledge),
b) pemahaman
(comprehension),
c) penerapan
(application),
d) penguraian
(analysis),
e) memadukan
(synthesis),
f) penilaian
(evaluation);
2) Ranah
afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup:
a) Pandangan
atau pendapat (oponion)
b) sikap
atau penilaian (attitude,value)
3) Ranah
psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan
fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari :
a) kesiapan
(set),
b) peniruan
(imitation),
c) membiasakan
(habitual),
d) menyesuaikan
(adaptation)
e) menciptakan
(origination).
Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh
guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam setiap aspek taksonomi terkandung kata kerja
operasional yang menggambarkan bentuk perilaku yang hendak dicapai melalui
suatu pembelajaran.
2.2 EVALUASI
HASIL BELAJAR
a. Pengertian Evaluasi
Evaluasi (bahasa Inggris:Evaluation)
adalah proses penilaian. Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai
proses pengukuran akan efektifitas strategi yang
digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Adapun
menururt ahli mereka mendefinisikannya sebagai berikut :
a. Guba
dan Lincoln (hamid hasan, 1988) mendefinisikan evaluasi itu
merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu
yang dipertimbangkan (evaluation).
b. Wiersma
dan jurs evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pungukuran dan mungkin juga
berisi pengambilan keputusan tentang nilai.
c. Arikunto
yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai.
Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah kegiatan atau cara
yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan
juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru
dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,
penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.
Dari konsep yang di kemukakan oleh Guba dan Lincoln diatas
ada dua karakteristik evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan
suatu proses, kedua evaluasi berhubungan dengan nilai.[3]
b. Hasil belajar sebagai
objek penilaian
Pertanyaan pokok sebelum melakukan penilaian ialah apa yang harus
di nilai. Terhadap pertanyaan ini kita kembali kepada unsur-unsur yang terdapat
dalam proses belajar-mengajar. Dalam sistem pendidikan nasioanal rumusan tujuan
pendididikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Ketiga ranah
tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu,
ranah kognitiflah yang paling banyak nilai oleh para pendidik di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Selanjutnya, kami akan memaparkan masing-masing dari ranah tersebut.
1) Penilaian
ranah kognitif terdiri atas :
a) Tipe
hasil belajar : pengetahuan
Istilah pengatahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kataknowledge dalam
taksonomi Bloom, pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi
Bloom. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar
berikutnya. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang di tuntut untuk dapat
mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta, dll tanpa harus mengetahui atau
dapat menggunakannya. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini
antara lain: benar-salah, menjodohkan isian atau jawaban singkat dan pilihan
ganda.
b) Tipe
hasil belajar: pemahaman
Kemampuan ini pada umumnya mendapat penekanan dalam proses
belajar-mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang di ajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
harus menghubunkan dengan hal yang lain. Bentuk soal yang sering di gunakan
adalah pilihan ganda atau uraian. Kemampuan pemahaman dapat dibedakan kedalam
tiga kategori yaitu:
· Menerjemahkan (translation)
· Menginterprestasi (interprestation)
· Mengekstrapolasi (extrapolation)
c) Tipe
hasil belajar: penerapan
Penerapan adalah pengguaan abstraksi pada situasi yang
kongkret atau situasi khusus. Dalam jenjang kemampuan ini peserta didik di
tuntut kesanggupan umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
serta teori-teori dalam situasi baru dan kongkret. Pengukuran ini umumnya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving)
d) Tipe
hasil belajar: analisis
Dalam jenjang kemapuan ini seseorang di tuntut untuk dapat
menguraikan situasi atau keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau
komponen-komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan atas tiga
kelompok yaitu :
· Analisis
unsur
· Analisis
hubungan
· Analisis
prinsip-prinsip yang terorganisasi
e) Tipe
hasil belajar: sintetis
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan
sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan faktor yang ada. Hasil yang
diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa: tulisan dan rencana atau
mekanisme.
f) Tipe
hasil belajar: evaluasi
Dalam jenjang kemapuan ini seseorang dituntut untuk dapat
mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu
kriteria tertentu. yang terpenting dalam evaluasi ialah menciptakan kriteria
tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisinya sedemikian
rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria standar, atau ukuran untuk
mengevaluasi sesuatu.
2) Penilaian
ranah afektif
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemapuan yaitu:
a) Meneriama,
yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang
datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.
b) Menjawab,
yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari
luar
c) Menilai,
yaitu yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus.
d) Organisasi,
yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan
satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya.
e) Karakteristik
nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan sistem nilai yang telah
dimiliki sesorang , yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.
3) Penilaian
ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotoris meliputi tiga
tingkatan keterampilan yakni :
a) Keterampilan
motorik (muscular or motor skills) yaitu: memperlihatkan
gerak, menunjukan hasil, menggerakan, menampilkan, melompat dan sebagainya.
b) Manipulasi
benda (manipulation of materials or objects) : menyusun,
membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.
c) Koordinasi
neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong dan sebagainya.
2.3. Hubungan antara
taksonomi tujuan pendidikan dan evaluasi hasil belajar
Pada dasarnya kedua pengertian ini
sama-sama mempunyai tujuan yang sama dalam dunia pendidikan. Dengan objek yang
sama yaitu peserta didik, disini dibahas tentang bagaimana tujuan pendidikan
tercapai dan mengukur hasil akhir belajar dengan evaluasi. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan membaginya menjadi tiga ranah, a)
ranah kognitif, b) ranah afektif, c) ranah psikomotoris. Semua ranah ini
dilakukan untuk membantu berjalannya kegiatan belajar mengajar agar tujuan
pendidikan yang ditentukan tercapai, begitu pula dengan evaluasi hasil belajar
itu untuk membantu mengukur seberapa mampu peserta didik menguasai materi yang
diajarkan. Tujuan pengajaran pada intinya adalah diperolehnya bentuk tingkah
laku menjadi lebih baik, yang belum tahu jadi lebih banyak tahu tentang ilmu
pengetauan melalui belajar yang di sampaikan oleh seorang pendidik.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan evaluasi dan
taksonomi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Evaluasi
dalam sistem pendidikan dan pengajaran adalah komponen yang urgen yang harus
dilakukan terutama untuk tujuan mengetahui pencapaian keberhasilan proses
pendidikan dan pengajaran yang telah dijalankan.
2. Tujuan
pengajaran pada dasarnya adalah diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku baru
pada peserta didik yang menurut Benyamin S Bloom terbagi dalam tiga ranah
tujuan pengajaran yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang dikenal
dengan taksonomi Bloom.
3. Taksonomi
Bloom dikembangkan dari teori psikologi kognitif dan dirumuskan pertama kali
tahun 1956. Setiap ranah/domain tersusun atas kategori-kategori atau
subkategori yang menunjukkan tingkat kemampuan yang dapat ditunjukkan oleh
peserta didik.
4. Dalam
evaluasi pendidikan taksonomi Bloom dapat digunakan sebagai acuan melakukan
penilaian secara lebih komprehensif dan terperinci mencakup ketiga ranah
(kognitif, afektif dan psikomotor) dan mencakup sub-sub kategorinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ari
Kunto Suharsisni, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, Bumi Aksara ;
jakarta : 2012
Daryanto
, “Evaluasi Pendidikan”, Rineka Cipta ; jakarta : 2008
Sanjaya
Wina, “ Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran”, Kencana
Prenada Media Grup ; jakarta : 2010
Sudjana
Nana, “ Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar” , PT.Remaja
Rusda Karya ; Bandung : 2006
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar