Rabu, 26 Oktober 2016

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEMUNDURAN


stai an-nur lampung.jpg

[Pendidikan Islam pada masa kemunduran]
Dinasti Mamluk Mesir, Kesultanan Turki Usmani, Pakistan dan india
Flowchart: Multidocument: Oleh Kelompok  1. Misiyem
    2. Ahmadi
    3. Wahyu Sri Wardani

Mata Kuliah  : Sejarah Pendidikan Islam
Pembimbing  : Suryadi,S.Th.I.,MM

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusun makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah atas junjungan kita nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak diyaumil akhir nanti.
Untuk lebih jelasnya berikut ini saya akan menguraikan dari mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam dengan pembahasan “Masa Kemunduran Pendidikan Islam” yang mudah-mudahan dapat berguna bagi pembaca khususnya dan bagi kita semua.
Demikianlah makalah ini kami buat dan sekiranya ada kekurangan yang terdapat dalam makalah ini kami mohon maaf dan kami siap menerima kritikan yang dapat memotivasi kami kedepannya , terutama dari Bapak Eriksan dan dari teman-teman yang membaca makalah ini. Kami berharap setelah membaca makalah yang sederhana ini kita dapat menambah ilmu dan wawasan kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb



                                                              Nyukang Harjo, 20 Oktober 2016
Oleh Kelompok         1. Misiyem
                                      2. Ahmadi
                                      3. Wahyu Sri Wardani













Daftar Isi

Cover ………………………………………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………
Daftar Isi  …………………………………………………………………...........................................................

1.                  BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………
1.1             Latar Belakang ……………………………………………………....................................................
1.2             Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………..
1.3        Tujuan ……………………………………………………………………………………………………..

2.                  BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………...........
2.1         Sebab-sebab terjadinya Kemunduran Pendidikan Islam ……………….………
2.2         Corak Kemunduran Pendidikan Islam ………………...…………………………………
2.3         Kemunduran dan Kehancuran dinasti Mamluk........................................................
2.4         Kemunduran dan Kehancuran Turki Usmani……..................................................
2.5         Kemunduran dan  timbulnya pembaharuan di pakistan
2.6         Kemunduran dan Pembaruan Islam di India dan Pakistan

3.                  BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………...
3.1             Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………
3.2             Saran ………………………………………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………………………..
Lampiran ……………………………………………………………………………………………………….




1
2
3


4
4
  5


6
8
10
11
12
13


16
16
17
18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan Islam secara khusus tidak dapat disamakan dengan makna pendidikan secara umum. Pendidikan Islam dikenal dan diyakini oleh penganut agama Islam sebagai suatu kegiatan pendidikan yang bersumber dari pokok ajaran Islam (al-Quran) dan al-Hadits sebagai penjelasnya. Pendidikan Islam yang mulai dirintis sejak turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW mengalami pasang dan surut seiring dengan perjalanan panjangnya melintasi ruang dan waktu hingga masa sekarang.Hal tersebut bergantung pada bagaimana pelaku sejarah pada masanya itu melaksanakan proses pendidikan.
Puncak kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal di berbagai pusat kebudayaan Islam. Hal ini dipengaruhi oleh jiwa dan semangat kaum muslimin pada waktu itu yang sangat dalam penghayatan dan pengamalannya terhadap ajaran Islam.
Namun pendidikan Islam yang pernah mengalami masa puncak tersebut, lambat laun mulai mengalami kemerosotan jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Peristiwa ini belangsung sejak jatuhnya kota Baghdad di bagian Timur dan kota Cordova di bagian Barat yang keduanya adalah menjadi pusat pendidikan Islam pada waktu itu. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga menjadi sebab kemunduran pendidikan Islam.
Dengan demikian, dalam sebuah lembaga pendidikan pasti terjadi pertumbuhan dan perkembangan, dan ini sama halnya dengan pendidikan Islam. Dalam pendidikan Islam ada beberapa masa yaitu masa perintisan, masa kejayaan, masa kemunduran, dan ada pula masa pembaharuan. Maka dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan beberapa bagian penting yang terkait dengan masa kemunduran.

1.2 Rumusan Masalah
1. Kapan masa kemunduran pendidikan islam berlangsung?
2. Apa sebab terjadinya kemunduran pendidikan islam?
3. Dalam bidang apa saja kemunduran pendidikan islam?


1.3 Tujuan
1. Mengetahui masa kemunduran pendidikan islam
2. Mengetahui sebab terjadinya kemunduran pendidikan islam
3. Mengetahui berbagai bidang kemunduran pendidikan islam























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sebab-sebab terjadinya Kemunduran Pendidikan Islam
1. Kejatuhan Baghdad di Timur dan Cordova di Barat
a. Kejatuhan Baghdad (1258 M)
            Masa Daulah Abbasiyah dikenal sebagai masa keemasan. Namun, dengan kejatuhan Baghdad di Timur (1258 M) sebagai awal periode kemunduran pendidikan yang ditandai kemunduran intelektual. Menurut para sejarah diantara faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan daulah abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi dua faktor: (1) faktor internal, (2) faktor eksternal.
1)      Faktor Internal
a)      Perpecahan ,perebutan kekuasaan dan pengaruh dalam keluarga Abbasiyah sendiri. Walaupun hal tersebut terjadi di dalam lingkungan keluarga sendiri, namun mempunyai pengaruh yang dalam dan luas sampai ke pendidikan islam.
b)      Gaya hidup yang berlebih-lebihan, oleh sebagian khalifah bahkan diikuti oleh keluarga, mereka dapat mendatangkan malapetaka. Sebagaimana pada diri khalifah al-Mu’taz. Al-mu’taz adalah khalifah pertama yang mengadakan kendaraan dengan memakai hiasan emas. Sehingga mereka menghabiskan uang yang tersedia di Bait al-Mal.
c)      Kelemahan sebagian dari khalifah, khalifah merupakan pusat dari struktur kekuasaan pemerintahan, seharusnya dipegang oleh orang-orang yang kuat dipandang dari berbagai segi. Namun, pada masa kemunduran kelemahan khalaifah merupakan sebab diantara sekian banyak sebab-sebab yang membawa kemunduran dan kehancurandi bidang pemerintahan.
d)     Pada masa tertentu hanya sebagai lambang, khalifah tunduk dibawah kekuasaan orang-orang yang berkuasa dibawahnya. Khalifah sewaktu-waktunya dapat diturunkan bahkan kalau perlu dapat saja dibunuh.
e)      Persaingan dan pertentangan antar unsur Arab, Persia, dan Turki, pada masa Daulah Abbasiyah itu erat sekkali kaitannya dengan perpecahan dan perebutan kekuasaan serta pengaruh dalam keluarga khalifah
f)       Perpecahan yang disebabkan perbedaan mazhab, menyebabkan terjadinya pertentangan dan perpecahan karena masing-masing mazhab mengaku bahwa mazhabnya yang benar dan mazhab yg lain adalah salah.
2)      Faktor-faktor Eksternal
a)      Berkembangannya ajaran teologi asy’ari dan tasawuf al-Ghazali yang mengajarkan tawakal dan fatalisme
b)      Dominan pengaruh Turki di dunia Islam
c)      Serangan Mongol ke Baghdad
d)     Perang Salib
b. Kejatuhan Cordova (1236 M)
            Setelah mencapai kemajuan dan kesuksesan kurang lebih selama delapan abad Andalusia (Spanyol) menjadi kiblat ilmu pengetahuan. Jika Baghdad mengalami masa kemunduran dan kehancuran setelah mencapai puncak kejayaannya, maka Cordova di Andalusia mengalami hal yang sama.
1)      Faktor Internal
a)      Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya perebutan kekuasaan di antara ahli waris kerajaan.
b)      Lemahnya figur dan kharismatik yang dimiliki khalifah. Khalifah tidak lebih sebagai simbol saja, sedangkan yang menjalankan pemerintahan sepenuhnya ditangan Wazir.
c)      Terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam itu sendiri yang disebabkan perbedaan kepentingan
d)     Tatkala umat islam menguasai Andalusia,kebijakan para penguasa Muslim tidak melalukan Islamisasi secara sempurna tetapi membiarkan orang-orang kristen mempertahankan hukum dan tradisi mereka asalkan tetapkan tetap membayar upeti dan tidak mengadakan perlawanan bersenjata. Dan tatkala umat islam mengalami kelemahan,mereka bangkit menghancurkan umat islam.
e)      Munculnya Muluk al-Thawaif (kerajaan-kerajaan kecil) yang masing-masing saling berebut kekuasaan.
2)      Faktor Eksternal
Daulah Ummayyah yang berada dalam posisi yang lemah karena faktor-faktor tersebut diatas, muncul serangan dari kristen yang sudah menyatu. Akibatnya Cordova jatuh di bawah kekuasaan Kristen. Dengan jatuhnya Cordova, mka daerah kekuasaan Daulah Umayyah yang lainnya dapat pula dikuasai oleh orang Kristen dengan mudah.[1]

            M.M Sharif dalam bukunya Muslim Thought, mengungkapkan gejala kemunduran pendidikan dan kebudayaan islam tersebut sebagai berikut: “...telah kita saksikan bahwa pikiran Islam telah melaksanakan satu kemajuan yang hebat dalam jangka waktu yang terletak diantara abad ke VIII dan abad ke XIII M...sebagai satu perbekalan yang matang untuk menjadi dasar pokok dalam mengadakan pembangkitan Eropa(renaissance)”
            Selanjutnya diungkapkan oleh M.M Sharif, bahwa pikiran Islam menurun setelah abad ke XIII M dan terus melemah sampai abad ke XVIII M.
1)      Telah berkelebihan filsafat Islam, Al-Ghazali mendapat sukses di Timur dan Ibnu Rusyd mendapat sukses di Barat.
2)      Umat islam terutama para pemerintahannya melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.
3)      Terjadinya pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan.[2]
          Dengan semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual, maka semakin statis perkembangan kebudayaan islam, karna daya intelektual generasi penerusnya tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya baru. Kehancuran total yang dialami oleh kota Baghdad dan Granada sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan,menandai runtuhnya sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Kebekuan intelektual dalam kehidupan kaum muslimin yang diwarnai dengan berkembangnya berbagai macam aliran sufi yang karena terlalu toleran terhadap ajaran mistik yang berasal dari agama lain (Hindu, Budha, Neo Platonisme) telah memunculkan berbagai macam tarikat yang menyimpang jauh dari ajaran islam, telah memunculkan berbagai tariqat yang menyimpang jauh dari ajaran agama islam.[3]
         
2.2 Corak Kemunduran Pendidikan Islam
          Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad dan Cordova sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, menandai runtuhnya sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Daya intelektual umat islam tidak mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan baru sebagai akibat perkembangan zaman. Dan sebagian besar negeri Islam dijajah oleh bangsa Barat.
Corak kemunduran pendidikan Islam dapat diliat dari beberapa aspek:
1.             Bidang intelektual
          Kemunduran dalam bidang intelektual ditandai dengan ketidakmampuan umat Islam untuk mempergunakan akalnya dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman. Menurut fazlal Rhman gejala kemunduran intelektual ditandai dengan penutupan Ijtihad(pemikiran yang original dan bebas)
2.             Bidang akidah dan ibadah
          Perbuatan syirik dan khurafat sudah membudaya, sedangkan dalam bidang ibadah adalah dengan masuknya hal-hal yang bersifat bid’ah ke dalam pengalaman ibadah. Menurut M.Nathir akibat perbuatan syirik bid’ah dan khurafat maka kemurnian tauhid terancam.
3.             Bidang hukum
          Kemunduran dalam bidang hukum disebabkan ditutupnya pintu ijtihad, yang terjadi adalah berkembangnya taklis buta dikalangan umat islam. Dengan sikap hidup yang fatalistis tersebut kehidupan mereka sangat statis.
4.             Bidang kurikulum
          Terlihatdari sedikitnya mata pelajaran dilembaga pendidikan Islam di seluruh dunia Islam. Mata pelajaran agama yang berorientasi kepada kehidupan akhirat seperti fiqh, akhlak, tasawuf lebih banyak dibanding dengan ilmu-ilmu keislaman yang berorientasi kepada kehidupan dunia seperti filsafat, ilmu fisika, matematika, biologi dihilangkan bahkan ada lembaga yang mengharamkan mata pelajaran filsafat.
5.             Bidang karya ilmiah
          Pada masa kemunduran tidak ada lagi buku-buku ilmu keislaman yang dihasilkan oleh para sarjana muslim. Pembelajaran tidak menghasilkan ilmu yang baru tetapi hanya menghasilkan syarah(komentar). Karya-karya tertentu mengenai teologi rasional tertimbun dalam lebih dari setengah lusin lapisan komentar.
6.             Bidang kehidupan dan tradisi kelembagaan
          Pada masa kemunduran ini kehidupan di lembaga pendidikan di tengh-tengah masyarakat adalah kehidupan Zuhud. Akibat kehancuran ini dalam bidang kehidupan intelektual dan material adalah beralihnya secara dratis pusat-pusat kebudayaan dari dunia Islam ke Eropa. Dalam kondisi ini menyebabkan umat islam mencari peganagn dan sandaran hidup yang bisa mengarahkan kehidupan mereka. Paham jabariyah dalam islam menyebar luas. Dengan kondisi seperti itu berkembanglah berbagai sistem riyadah dan atau cara tertentu yang dikembangkan untuk para murid yang disebut “Thariqat”.

          Keadaan yang demikian berlangsung selama masa kemunduruan kebudayaan dan pendidikan islam sampai dengan abad ke 12 H/ 18 M. Baru pada pertengahan abad ke 12 H/ 18 M tersebut timbullah disana—sini usaha untuk mmengadakan permurnian kembali ajaran-ajaran Islam yang nampak di Jazirah Arab oleh Muhammad Ibnu Abd al-Wahab(1115-1206 H)  dan di India oleh Syah Waliullah (1113-1176 H) .Usaha pemurnian tersebut mengarah kepada dua sasaran pokok yaitu
(1)   Mengembalikan ajaran islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, membuang segala bi’dah dan khurafat serta pengaruh dari ajaran lainyang dimasukkan oleh kaum sufi
(2)   Membuka pintu ijtihad yang telah beberapa abad sebelumnya dinyatakan ditutup.Gerakan pemurnian ini adalah merupakan tahap awal dari gerakan pembaharuan yang nanti dilaksanakan pada akhir abad ke 13H/19 M.

2.3 Kemunduran dan Kehancuran dinasti Mamluk
Dinasti Mamluk telah menorehkan tinta sejarah keemasan Islam dan memberikan sumbangsih terhadap peradaban Islam dengan berbagai kejayaan yang pernah diraihnya. Namun demikian, sejarah mencatat pula bahwa banyak kerajaan-kerajaan yang telah mencapai puncaknya akhirnya mengalami kemunduran. Hal itulah yang dialami oleh dinasti Mamluk, kejayaan yang diraihnya tertoreh sebagai warisan sejarah kejayaan Islam.  sekaligus pengalaman pahit yang pernah terjadi dalam sejarah dinasti Islam akibat kehancuran yang dialami oleh dinasti ini.
Sejarah telah mencatat bahwa pada masa dinasti Mamluk Bahri, Mamluk mengalami berbagai puncak kejayaan utamanya pada masa Baybar memegang tampuk kepemerintahan. Setelah pemerintahan Mamluk beralih kepada kelompok Mamluk Burji, dinasti Mamluk mengalami banyak kemunduran. Kemunduran itu disebabkan berbagai faktor internal dan eksternal.
Para Sultan dari Mamluk Burji tidak memiliki pengetahuan cara mengatur roda pemerintahan kecuali latihan militer. Kenyataan menunjukkan situasi kelemahan yang dialami oleh dinasti ini. Barbesi misalnya melarang megimpor rempah-rempah dari India. Akibatnya, harga rempah-rempah menjadi mahal, apalagi komoditi ini dimonopoli oleh Sultan. Ia juga memonopoli pabrik gula dan melarang kaum wanita keluar rumah, memecat orang-orang non Muslim dari pegawi pemerintah. Dalam suasana stabilitas dalam negeri yang begitu rapuh, masyarakat juga dijangkiti berbagai macam penyakit epidemi yang meminta korban banyak.
Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai pengetahuan. Kebiasaan hidup berpoya-poya dan hidup mewah menyebabkan harga pajak melambung tinggi, sehingga menyengsarakan rakyat dan membuat mereka putus asa dan hilang kepercayaan terhadap sultan. Pajaklah satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang yang banyak untuk membiayai pemerintahan, membayar pegawai, melengkapi istana-istana dengan berbagai kemewahan. Sultan yang memerintah dari tahun 1412-1421 M adalah seorang pemabuk, yang dibeli dari seorang pedagang Circassia. Sultan inilah yang melakukan berbagi perbuatan yang melampaui batas. Kondisi yang melanda dinasti Mamalik ini, meluas dari tingkat amir ke bentuk gangguan dalam masyarakat. Keadaan itu diperparah dengan adanya musim kemarau panjang yang mengakibatkan pertanian tidak berproduksi.
Disamping kondisi internal tersebut di atas, kondisi yang tak kalah pentingnya yang mewarnai kemunduran dan kehancuran dinasti Mamluk adalah faktor eksternal. Pada tahun 1498 Vasco Da Gama, seorang navigator yang berkebangsaan Portugis, mendapat jalan ke Timur melalui Tanjung Pengharapan di Afrika Selatan. Dengan penemuan ini, orang Portugis dan Eropa lainnya bersatu untuk mendatangi daerah-daerah penghasil rempah-rempah di Timur. Akibatnya adalah kapal-kapal yang biasanya melintas di daerah Mesir dan Syiria kini baralih  ke Tanjung Pengharapan, sehingga penghasilan Mamluk menjadi berkurang. Dengan ditemukannya Tanjung Harapan sistem perdagangan dinasti Mamalik mulai runtuh secara berangsur-angsur.
Di pihak lain suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi dinasti Mamalik, yakni kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir. Datangnya kekuatan baru tersebut diperparah dengan bergolaknya daerah kekuasaan Mamluk di Syiria. Selain karena penyerbuan tentara Mongol, juga karena ulah penguasa-penguasa setempat yang ingin melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Kekuatan Turki Usmani yang masuk Syiria itu berasal dari Anatolia yang memberikan perlawanan yang berarti terhadap pasukan Mamluk.
Dari Syiria, tentara Usmaniyah melaju ke Mesir. Pada waktu itu yang menjadi sultan di Mesir adalah Tumam Bey, bekas budak Qunshawh. Kedua belah pihak berhadapan di kota Kairo pada tanggal 28 Zulhijjah923 H/ 22 Januari 1417M,. kondisi pasukan Mamalik tidak dapat mengimbangi pasukan Turki Usmaniyah. Sehari setelah itu, sultan Salim dengan mudah memasuki Kairo. Orang-orang Mamalik menyerah kalah. Tumam Bey, sultan terakhir Mamalik akhirnya terbunuh pada bulan rabiul Awal 923 H/April 1517M.
Dengan demikian, berakhirlah masa pemerintahan dinasti Mamalik, Kairo yang sebelumnya menjadi ibu kota kerajaan, sekarang tidak lebih dari sebuah kota propinsi dari kesultanan Turki Usmaniyah.

2.4 Kemunduran dan Kehancuran Turki Usmani
Pemerintahan  sultan Turki yang ke X, yaitu Sulaeman I (1520-1566) merupakan masa pemerintahan terpanjang dibangdingkan dengan Sultan-Sultan lainnya. Selama pemerintahannya berhasil meraih kesuksesan dengan masuknya beberapa wilayah Negara besara Turki. Bahkan mempersatukan umat Islam dengan non Muslim dibawah kekuasaannya. Namun disisi lain tanda-tanda keruntuhan juga sudah mulai muncul kepermukaan. Pandangan tersebut lebih disebabkan oleh ketergantungan kerajaan ini kepada kesinambungan kekuatan politik seorang Sultan.[25]
Periode keruntuhan kerajaan  Turki Usamani termanifestasi dalam dua priode yang berbeda pula, yaitu : pertama, priode desentrallisasi yang dimulai pada awal pemeritahan Sulatan Salim II (1566-1574) hingga tahun 1683 ketika angkatan bersenjata Turki,Usmani gagak dalam merebut kota Fiena untuk kedua kalinya. Kedua, priode dekompresi yang terjadi dengan munculnya anarki internal yang dipadukan denagn lepasnya wilayah taklukan satu per satu.
            Pada abad ke 16 kelompok derfisme [26] telah menjadi kelompok yang solid dan mendominasi kekuatan politik bahkan menggeser posisi para aristoerat Turki tua.[27] Namun pada prkembangan selanjutnya terjadi konflik intern yang menyebabkan mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam politik praktis. Mereka menngkondisikan Sultan agar lebih suka tinggal menghabiskan waktunya di Istana Keputren ketimbang urusan pemerintahan, agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang.[28]
            Dengan mengeploitasi posisinya di mata penguasa terhadap rakyat mereka memanipulasi pajak dengan kewajiban tambahan kepada petani, akibatnya banyak penduduk yang berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari. Hal ini mengakibatkan membengkakanya jumlah keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan abad ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang.[29]
            Faktor-Faktor penyebab hancurnya Turki Usmani. Untuk menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan Turki usmani merupakan persoalan yang tidak mudah. Alam sejarah lima abad akhir abad ke tiga belas smpai abad ke Sembilan belas Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses sejarah panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
            Mengamati sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer  Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani.

2.5 Kemunduran dan pembaharuan di pakistan
Perkembangan kesadaran keagamaan umat Islam di dunia tidak bisa dilepaskan dari munculnya gerakan pembaruan pemikiran sejak abad ke-19 lalu. Dimana gerakan pembaharuan ini dilatarbelakangi oleh kemunduran dunia Islam pada abad ke 10, kemudian tenggelam berabad-abad lamanya. Faktor yang menjadi penyebab utama kemunduran dunia Islam adalah mundurnya spirit yang menimpa kaum muslimin yang ditampilkan dalam bentuk khurafat, umat Islam tidak lagi menggunakan pikirannya sebagaimana para pemikir-pemikir sebelumnya melakukan ijtihad, untuk menggali sumber yang asli kepada Al-Qur’an  dan Hadist Nabi, praktek bermazhab dan bid’ah telah subur. Setelah berabad-abad lamanya masa kemunduran islam, muncullah gerakan pemikiran yang dikumandangkan oleh pelopor-pelopor pembaharuan.
Istilah gerakan yang disebut pembaharuan ini memberi arah dan perspektif keagamaan yang relatif berbeda dari pusat-pusat peradaban Islam di Timur Tengah.  Diantara beberapa negara yang melakukan gerakan pembaharuan adalah India dan Pakistan. Dimana keduanya memiliki keterkaitan sejarah, bahkan merupakan satu kesatuan dalam sejarahnya. Negara ini termasuk negara yang besar, luas daerahnya maupun kebudayaan dan peradabannya, akhirnya menjadi suram dan bahkan hancur dengan kedatangan orang-orang kulit putih.
Yang menjadi latar belakang pembaharuan Islam di Pakistan Antara lain:
a)      Ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme.
b)      Pintu ijtihad tertutup.
c)      Kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris.
d)     Kesemenah-menahan Pemerintahan Inggris.
e)      Kekacauan Kepemimpinan Munghal dan para Amirnya.
f)       Terjadinya keributan antara Islam dan Hindu.

2.6 Kemunduran dan Pembaruan Islam di India
Pembaruan Islam juga merambah India pasca hancurnya Dinasti Mogul di India. Salah satu tokoh pembaruan di India adalah Syah Waliyullah.Syah Waliyullah adalah tokoh pembaruan di bidang akidah. Ide-ide pembaruan di bidang akidah dilakukan dengan memurnikan tauhid dan ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat. Gerakan ini oleh para penulis Barat disebut dengan Wahabiyah India karena ide pembaruannya hampir sama dengan Gerakan Wahabi di Arab Saudi.
Selanjutnya, ide-ide yang diusung oleh Syah Waliyullah meluas dan dikenal sebagai Gerakan Mujahidin. Gerakan Mujahidin melihat kelemahan umat Islam disebabkan oleh beberapa hal berikut.
Perubahan sistem pemerintahan Islam dari kekhalifahan ke sistem kerajaan.
Perubahan dari sistem demokrasi ke sistem autokrasi.
Perpecahan di kalangan umat Islam disebabkan timbulnya banyak aliran dan paham yang dihadapi.
Masuknya adat istiadat dan ajaran di luar Islam dalam keyakinan umat Islam.
Munculnya berbagai permasalahan yang menyebabkan kemunduran kaum muslimin mendorong Syah Waliyullah menyerukan untuk kembali pada sistem pemerintahan sebagaimana masa Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, musyawarah menjadi jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada Al-Qur’an dan hadis. Selain itu, kepentingan rakyat memperoleh perhatian dan prioritas utama dari pemerintah.
Pembaruan di bidang akidah yang diusung oleh Syah Waliyullah diteruskan oleh Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa kemunduran umat Islam India disebabkan agama yang dianut bukan Islam yang murni. Islam yang dianut oleh mayoritas umat Islam India telah bercampur dengan paham dan praktik yang berasal dari Persia dan India. Oleh karena itu, umat Islam India harus kembali pada ajaran Islam yang murni dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan sunah.
Pembersihan terhadap tauhid umat Islam India mutlak dilakukan. Paham dan praktik keagamaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam harus dihapus. Paham dan praktik kaum sufi seperti kepatuhan yang tidak terbatas kepada guru harus dihapus. Paham animisme dan adat istiadat yang masih melekat pada umat Islam India juga harus dibersihkan.
Sayyid Ahmad Khan juga menentang taklid pada pendapat ulama termasuk kepada keempat imam mazhab. Dengan dilarangnya taklid berarti pintu ijtihad masih terbuka lebar. Ijtihad diperlukan untuk memperoleh interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis.
Secara terperinci pembaruan di bidang tauhid yang terjadi di India meliputi hal-hal berikut.
Zat yang boleh disembah hanya Allah Swt. secara langsung tanpa perantara dan tanpa ucapan yang berlebihan.
Makhluk tidak boleh diberikan sifat-sifat Tuhan. Malaikat, roh, wali, dan makhluk lain tidak memiliki kekuasaan untuk menolong manusia dalam mengatasi kesulitan.
Sunah (tradisi) yang diterima hanya sunah rasul dan sunah yang tumbuh pada masa Khulafaur Rasyidin.
Sayyid Ahmad Khan juga melakukan pembaruan di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dalam mengadakan pembaruan, Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa kemajuan hanya dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam usaha mendukung dan menyebarluaskan ide-ide pembaruannya, Sayyid Ahmad Khan mendirikan sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh. Melalui sekolah yang didirikannya Sayyid Ahmad Khan menyuarakan ide-ide pembaruan sehingga tersebar luas dan dikenal sebagai Gerakan Aligarh.
Tokoh lain yang melakukan pembaruan di bidang pendidikan adalah Ahmad Syahid. Ahmad Syahid merupakan seorang pengikut Syah Waliyullah. Para pengikut Syah Waliyullah dan Ahmad Syahid mendirikan Darul Ulum Deoband, sebuah perguruan tinggi Islam di India-Pakistan. Pada awalnya perguruan tinggi tersebut hanya sebuah madrasah kecil di wilayah Deoband. Dari perguruan tinggi ini lahirlah ulama-ulama besar India yang menentang Inggris. Ulama-ulama tersebut juga memiliki pengaruh besar terhadap pembaruan awal masyarakat Islam India. Kedudukan Deoband di India sama dengan kedudukan al-Azhar di Mesir.
Perguruan Deoband dan Aligarh memiliki pendapat yang sama tentang perlunya ijtihad dan haramnya taklid. Akan tetapi, dalam soal keagamaan, perguruan Doeband memilih kembali pada tradisi Islam masa Rasulullah saw. Sementara itu, perguruan Aligarh memilih mengembangkan ijtihad dan interpretasi baru terhadap Al-Qur’an dan hadis yang sesuai dengan keadaan terkini kaum muslimin India. Kelompok Aligarh berpendapat, Islam bukanlah agama yang statis, kecuali dalam praktik ibadah mahdah. Islam adalah agama yang dinamis serta mampu berinteraksi dengan segala keadaan dan zaman.
Sayyid Ahmad Khan dengan Gerakan Aligarh-nya di India juga mengadakan pembaruan di bidang politik. Gerakan ini menganut politik akomodatif. Melalui gerakan politik tersebut kaum muslim India memiliki akses yang lebih luas terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai oleh orang-orang Eropa. Hal ini membuka cakrawala berpikir umat Islam India terhadap cara perjuangan di bidang politik.
Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah merupakan dua nama pembaru yang bergerak di bidang politik. Muhammad Iqbal merupakan seorang ilmuwan, penyair, dan filsuf. Dalam perjuangannya di bidang politik, Muhammad Iqbal bergabung dengan Liga Muslimin. Muhammad Iqbal pada awalnya mendukung ide nasionalisme India. Akan tetapi, ia mengubah pandangannya setelah melihat kecenderungan yang ditampakkan oleh orang-orang Hindu. Selanjutnya, ia menuntut pemerintahan dan negara tersendiri bagi umat Islam.
Pada saat Muhammad Ali Jinnah memegang kepemimpinan Liga Muslimin, perjuangan menuju Negara baru mulai tampak. Di tangan Ali Jinnah, ide membentuk negara baru memperoleh identitas dengan munculnya konsep negara Islam Pakistan. Dukungan terhadap Liga Muslimin dan Aji Jinnah bertambah kuat setelah mereka dikecewakan oleh Partai Kongres Nasional yang lebih mengutamakan orang-orang Hindu. Akhirnya, melalui perjuangan panjang yang dimulai dari Syah Waliyullah, Gerakan Aligarh oleh Sayyid Ahmad Khan, hingga Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah, lahirlah negara Islam Pakistan yang diresmikan pada tanggal 15 Agustus 1947.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah diatas dapat penyusun simpulkan :
1.             Kemunduran pendidikan islam terjadi saat Baghdad jatuh pada tahun 1258 M dan Jatuhnya Cordova pada tahun 1236 M.
2.             Kemunduran ini disebakan oleh jatuh Baghdad dan Cordova dengan faktor-faktor internal maupun eksternal
3.             Pada masa kemunduran pendidikan islam dan ada beberapa bidang yang ikut jatuh diantaranya Bidang Intelektual, Akidah dan Ibadah, Bidang Hukum,Bidang Kurikulum dan Karya ilmiah, Bidang Kehidupan dan Tradis Kelembagaan.



3.2         Saran
          Demikianlah makalah mengenai “Masa Kemunduran Pendidikan Islam” semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Penulis mengharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita dan senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT












DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Al-Hadist
Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam mulia..
Syarif, Muslim Thought Diponegoro, Bandung, hal. 161-164
Zuhairini, dkk. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta. Hal.111









[1]           Ramayulis. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: kalam mulia,h.109
[2]           M.M. Syarif, Muslim Thought Diponegoro, Bandung, hal. 161-164
[3] Dra. Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara. Jakarta,2011. Hal.111






Lampiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar