




Pendidikan
Islam Pada Masa Kemunduran
![]() |
|
|
|
|
KATA
PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, karena atas izin-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran agar menjadi
koreksi dan peningkatan penulis dalam pembuatan makalah selanjutnya.
WassalamualaikumWr. Wb
Nyukang Harjo, 23 Oktober 2016
Penulis
Habibatul
Hazizah
Daftar Isi
Cover ………………………………………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar
……………………………………………………………………………………………………
Daftar Isi
…………………………………………………………………...........................................................
1.
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………
1.1
Latar Belakang
……………………………………………………....................................................
2.
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………...........
2.1
Latar
Belakang Sosial Politik
……...……………………………………….…………………….
2.2
Faktor-faktor
Penyebab Kemunduran ………………...……….……………………………….
2.3
Profil
Pendidikan islam pada masa kemunduran...............................................................
2.4
Tokoh-tokoh
pendidikan pada masa kemunduran …….................................................
3.
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………...
3.1
Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………
Daftar
Pustaka ………………………………………………………………………………………………..
Lampiran
……………………………………………………………………………………………………….
|
1
2
3
4
5
6
7
9
11
12
13
|
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latarbelakang
Pendidikan Islam secara khusus tidak
dapat disamakan dengan makna pendidikan secara umum. Pendidikan Islam dikenal
dan diyakini oleh penganut agama Islam sebagai suatu kegiatan pendidikan yang
bersumber dari pokok ajaran Islam (al-Quran) dan al-Hadits sebagai
penjelasnya. Pendidikan Islam yang mulai dirintis sejak turunnya wahyu pertama
kepada Nabi Muhammad SAW mengalami pasang dan surut seiring dengan perjalanan
panjangnya melintasi ruang dan waktu hingga masa sekarang.
Puncak kejayaan pendidikan Islam
dimulai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah formal di berbagai pusat kebudayaan Islam. Hal ini
dipengaruhi oleh jiwa dan semangat kaum muslimin pada waktu itu yang sangat
dalam penghayatan dan pengamalannya terhadap ajaran Islam.
Namun pendidikan Islam yang pernah mengalami masa puncak tersebut, lambat laun mulai mengalami kemerosotan jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Peristiwa ini belangsung sejak jatuhnya kota Baghdad di bagian Timur dan kota Cordova di bagian Barat yang keduanya adalah menjadi pusat pendidikan Islam pada waktu itu. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga menjadi sebab kemunduran pendidikan Islam.
Namun pendidikan Islam yang pernah mengalami masa puncak tersebut, lambat laun mulai mengalami kemerosotan jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Peristiwa ini belangsung sejak jatuhnya kota Baghdad di bagian Timur dan kota Cordova di bagian Barat yang keduanya adalah menjadi pusat pendidikan Islam pada waktu itu. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga menjadi sebab kemunduran pendidikan Islam.
Dengan demikian, dalam sebuah
lembaga pendidikan pasti terjadi pertumbuhan dan perkembangan, dan ini sama
halnya dengan pendidikan Islam. Dalam pendidikan Islam ada beberapa masa yaitu
masa perintisan, masa kejayaan, masa kemunduran, dan ada pula masa pembaharuan.
Maka dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan beberapa bagian penting yang
terkait dengan masa kemunduran yang terjadi sekitar abad 13-18 Masehi, yaitu;
latar belakang sosial politik, faktor-faktor penyebab, kebangkitan pendidikan
barat, profil pendidikan Islam, dan ulama terkenal pada masa kemundura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar
Belakang Sosial Politik Kemunduran Pendidikan Islam
Tampilnya dinasti Abasiyah yang
menggantikan dinasti Umayyah dalam peradaban Islam membawa corak baru dalam
budaya Islam dan terutama dalam bidang pendidikan Islam. Pada periode pertama
dinasti Abasiyah (132 H/750 M-232 H/847 M), dunia pendidikan Islam mengalami
masa kejayaannya (lahirnya sekolah-sekolah yang tak terhitung banyaknya yang
tersebar dari kota-kota sampai desa-desa) dan sekaligus pada periode kedua
dinasti Abasiyah (847 M-942 M) menjadi awal kemunduran intelektual Islam dan
terlihat nyata pada periode kelima (akhir dinasti abasiyah 1258 M).[1] Hal ini sesuai dengan siklus sejarah
yang bersifat faktual yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun dalamMuqaddimahnya,
yaitu ada generasi perintis, generasi penerus, generasi penikmat, dan generasi
penghancur.
Beberapa hal yang melatar belakangi
dinasti tersebut mundur/hancur, tentunya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan
pendidikan Islam di dunia. Adapun beberapa hal yang menjadi akar kehancurannya
yaitu; adanya faktor internal (konflik dalam keluarga Istana, dominasi militer,
keuangan, berdirinya dinasti-dinasti kecil, luasnya wilayah, dan fanatisme
keagamaan/aliran-aliran) dan faktor ekternal (terjadinya perang salib dan
serangan tentara Mongol).[2]
Sedangkan
Islam di bagian Barat telah mengalami kemajuan dan kesuksesan selama kurang
lebih delapan abad. Spanyol dengan pusat ibu kotanya di Cordova telah menjadi
kiblat ilmu pengetahuan yang menyaingi Baghdad. Perkembangan ilmu pengetahuan
di Spanyol juga mengalami kemandekan bahkan kemunduran sebagaimana kota Baghdad
karena beberapa faktor: (1) adanya konflik kekeluargaan karena tidak jelasnya
sistem peralihan kekuasaan diantara ahli waris, (2) lemahnya figur dan
kharismatik para khalifah pengganti, (3) perselisihan di kalangan umat Islam
sendiri, (4) konflik Islam dengan Kristen di dalam negeri karena kebijakan
pemerintah tidak melakukan islamisasi secara sempurna, (5) munculnya
kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan.[3] Dalam posisi yang lemah tersebut
kemudian dimanfaatkan oleh orang Kristen Spanyol untuk menyerang dan
menghancurkan Islam. Hancurnya kekuasaan Islam di Baghdad dan Cordova adalah
sebagai faktor utama yang melatar belakangi kemunduran pendidikan Islam.
2.2 Faktor-faktor
Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam
Dalam sejarah kehancuran total yang
dihadapi kota-kota pendidikan dan kebudayaan Islam yang mengakibatkan runtuhnya
sendi-sendi pendidikan Islam dan melemahnya pemikiran Islam yaitu disebabkan:
1) Berlebihannya
filsafat Islam yang bersifat sufistik
Dalam buku “Sejarah Pendidikan
Islam” editor Samsul Nizar (2009) yang mengutip dari Zuhairini dkk, menjelaskan
tentang 2 pola intelektual yang saling berlomba mengembangkan diri dan memiliki
pengaruh yang besar dalam pengembangan pola pendidikan umat Islam yang muncul
dalam sejarah panjang dunia Islam. Dari pola pikir yang bersifat tradisional
yang selalu mendasarkan diri pada wahyu yang kemudian berkembang menjadi pola
sufistik dan mengembangkan pola pendidikan sufi. Pola ini sangat memperhatikan
aspek-aspek batiniyah dan akhlak (budi pekerti). Sedangkan pola pemikiran
rasional mementingkan akal pikiran yang menimbulkan pola pendidikan empiris
rasional. Pola yang kedua ini sangat memperhatikan intelektual dan penguasaan
materi.[4]
2) Sedikitnya
kurikulum Islam
Dalam buku “Sejarah Pendidikan
Islam” editor Samsul Nizar (2009) yang mengutip dari Mahmud Yunus, menjelaskan
tentang sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran umum yang ada di
madrasah-madrasah, seperti menafikan perhatian kepada ilmu-ilmu kealaman dan
hanya terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan yang ditambah dengan sedikit gramatikal
dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Dengan penyempitan kurikulum yang ada
juga sudah mulai meninggalkan ilmu-ilmu keagamaan yang murni (tafsir hadits,
fiqih, usul fiqih, ilmu kalam, dan teologi Islam). Sedangkan ilmu-ilmu
keagamaan yang ada adalah yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan menyucikan diri dan ditambah dengan pendidikan sufi.[5]
3) Tertutupnya
pintu ijtihad
Ini disebabkan dengan runtuhnya
kota-kota pendidikan Islam, sehingga pelaksanaan pendidikan Islam banyak
dilaksanakan dirumah-rumah para ulama yang pada akhirnya madrasah-madrasah
kurang berfungsi. Namun demikian, pendidikan di madrasah masih terus dilakukan
akan tetapi dengan mata pelajaran yang beraliran sufi dan sehingga para ulama banyak
yang meninggalkan ijtihad. Selain itu, hal ini akan mengakibakan semakin
ditinggalkannya pendidikan intelektual yang mengakibatkan semakin statis
kebudayaan Islam karena daya intelektual generasi penerus tidak mampu
mengadakan kreasi-kreasi budaya yang baru, bahkan ketidak mampuan untuk
mengatasi persoalan-persoalan baru yang muncul.[6]
2.3. Profil Pendidikan Islam pada Masa Kemunduran
Kehancuran
total kekuasaan Islam di Baghdad dan Cordova juga sangat berdampak
pada kemunduran pendidikan dan kebudayaan Islam. Musnahnya lembaga-lembaga
pendidikan dan buku ilmu pengetahuan di kedua pusat kota Islam itu menyebabkan
mandeknya aktifitas intelektual diseluruh wilayah Islam. Suasana gelap dan
memprihatinkan telah menyelimuti dunia Islam akibat berbagai krisis yang
mencekam.[11]
Kemandekan
dalam intelektual itu telihat dalam suatu pernyataan “pintu ijtihad telah
tertutup” dan ajaran menyatakan bahwa “dunia adalah penjara bagi kaum
muslimin”. Penutupan pintu ijtihad ini telah menyumbat pemikiran yang
orisinal dan bebas serta membawa pada kemancetan umum pada aspek ilmu hukum dan
intelektual. Dalam bidang fiqih yang berkembang adalah tradisi taklid buta dan
menganggap kitab-kitab fiqih lama sebagai sesuatu yang sudah baku dan harus
diikuti dengan apa adanya. Kebiasaan menulis dengan penulisan karya-karya asli
tidak lagi ditemukan. Tradisi yang berkembang adalah hanya memberi
komentar-komentar dari buku-buku lama. Tidak seperti halnya yang terjadi
sebelumnya, misalnya Fakhruddin al-Razi menulis sebuah komentar tentang
karangan Ibn Sina, akan tetapi dia tetap membuat karya yang independen.[12]
Kemunduran
pendidikan ini Nampak jelas dengan sedikitnya materi kurikulum dan mata
pelajaran. Selain itu juga menyempitnya bidang ilmu pengetahuan umum dan
terbatasnya ilmu-ilmu agama. Kemudian waktu yang diperlukan dalam menempuh
studi juga relatif singkat, sehingga mengakibatkan kurangnya pendalaman materi
pelajaran yang diterima. Hal ini menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan
mandek dan mengalami kemorosotan. Madrasah-madrasah yang berkembang diwarnai
oleh khalaqah-khalaqah dan zawiat-zawiat sufi,
karya-karya sufi dimasukkan ke dalam kurikulum yang formal, dan kurikulum
akademis terdiri dari hampir seluruh buku-buku tentang sufi.[13]
Pada masa
kejayaan kerajaan Turki, walaupun mereka sangat kuat dalam bidang politik dan
kemiliteran akan tetapi dalam ilmu pengetahuan tidak begitu menonjol, kecuali
bidang arsitektur. Sufisme pada masa itu sangat digemari mayarakat dan sangat
berkembang pesat. Keadaan frustasi yang merata karena hancurnya tatanan
kehidupan intelektual dan material akibat konflik internal dan serangan tentara
mongol yang membabi buta dan menyebabkan mereka bersifat fatalistik dan kembali
kepada Tuhan. Pada masa itu lapangan ilmu pengetahuan menyempit. Madrasah
adalah satu-satunya lembaga pendidikan umum dan di dalamnya hanya mengajarkan
pendidikan keagamaan.[14]
Pada masa
pemerintahan Mahmud II, Turki mengadakan reformasi dalam bidang pendidikan. Hal
ini dipicu karena kemajuan militer Turki tidak diimbangi dengan sains sehingga
saat berperang dengan musuh lamanya Eropa, pihak Turki mengalami kekalahan saat
kontak senjata. Sultan Mahmud II mengubah pola madrasah tradisional disesuaikan
dengan zamanya (abad 19), dan mengikis buta aksara. Dalam kurikulum baru
dimasukkan pelajaran umum dengan memulai sosialisasi kepada masyarakat. Dia
mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran, dan sekolah
pembedahan. Selain mendirikan sekoslah modern sultan Mahmud II juga banyak
mengirimkan pelajar ke Eropa.[15] Akan tetapi dengan waktu yang
sangat singkat ini, Turki tidak bisa mengejar ketertinggalanya dengan Eropa
yang telah bangkit lebih dahulu dengan persiapan kurang lebih 300 tahun.
2.4
Tokoh tokoh Pada masa kemunduran
Tercatat beberapa nama ulama besar
yang berperan sebagai pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur
Tengah, seperti Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh,
Rasyid Ridha dari Mesir. Kemudian tercatat nama Muhammad Iqbal dari India dan
sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-18, segala warisan filsafat dan
ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika umat Islam larut dalam
kegemilangan sehingga tidak memperhatikan lagi pendidikan, maka Eropa tampil
mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa
kemudian bangkit dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran. Hampir
seluruh wilayah dunia Islam dijajah oleh Bangsa Eropa termasuk Indonesia.
Penemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi muncul di Eropa.
Misalnya dalam bidang mesin, listrik, radio, yang semuanya itu menunjang
semakin kuatnya Eropa terhadap dunia Timur bahkan sampai ke Indonesia. Dunia
jadi berbalik, dunia Timur terpukau dan terbius kemujuan yang dialami Eropa.
Sebenarnya
kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari Bangsa Eropa
telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Dengan kekalahan-kekalahan
yang diderita oleh Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-Negara Eropa.
Mereja mulai memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan mengirimkan
utusan-utusan untuk mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Prancis dan
didirikan sekolah-sekolah Militer di Turki pada tahun 1734.[12]
Dalam membuka mata kaum muslimin
akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul berbagai macam
usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan
dan keterbelakangan, termasuk usaha-usaha dibidang pendidikan.[13] Kebangkitan
kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk
pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah
masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu
kepada tema yang sama yaitu adalah :
· Mengembalikan
ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan kepada Al-Qur’an,
Hadist dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul, dan mistik.
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Kemunduran pendidikan Islam secara
meyeluruh baik di dunia Islam bagian Timur yang berpusat di Baghdad dan dunia
Islam bagian Barat yang berpusat di Cordova adalah disebabkan oleh hancurnya
kekuasaan pemerintah Islam yang meliputi sosial, politik, dan keagamaan. Kemerosotan
intelektual ini ditandai dengan bergesernya tradisi Islam yang dulunya
bersifat mementingkan
akal pemikiran yang dapat menimbulkan pola pendidikan empiris rasional, serta
memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material ke
tradisi tradisional yang bersifat fatalistik dan bertaklid buta.
Tradisi
Islam yang maju dan bernilai tinggi ini lambat laun telah berpindah ke Barat,
sehingga mendorong gerakan kebangkitan kembali (renaissance) dengan
menterjemah karya-karya Arab ke bahasa latin. Kemajuan Eropa dalam berbagai
sektor kemudian memicu kesadaran umat Islam akan ketertinggalan dan kegelapanya
dalam ilmu pengetahuan. Dengan berbagai upaya umat Islam berusaha untuk bangkit
kembali dari tidur lelap dan mengejar ketertinggalan dari Barat.
Daftar Rujukan
Armstrong, Karen, 2003, “ISLAM Sejarah
Singkat” Yogyakarta: Jendela,
Nata, Abudin, 2004, “SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM”, Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada,
Nizar, Samsul. editor.
2009.” SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM”. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Cet: Ke-3.
Sunanto, Musrifah, 2003, “SEJARAH ISLAM KLASIK” Jakarta
Timur; Prenata Media,
Tafsir, Ahmad, 1990, “FILSAFAT UMUM”,
Bandung, PT Remaja Rosyda Karya,
[1] Samsul
Nizar. editor. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Cet: Ke-3. Hlm 183.
http://mtsmaarif18.blogspot.com/
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar